8 Dampak Penting Percetakan terhadap Lingkungan

Sejak lama, fondasi operasi komersial adalah kertas dan tinta. Terbukti mustahil untuk menghilangkan atau bahkan mengubah kebiasaan yang sudah mendarah daging ini.

Kehidupan kita sehari-hari melibatkan pencetakan banyak hal, mulai dari dokumen dan gambar kantor hingga buku teks dan surat kabar. Namun, penting untuk memikirkan dampak lingkungan dari pencetakan.

Volume dan frekuensi pencetakan telah meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi dan ketersediaan yang lebih luas. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai dampak ekologis dari proses pencetakan serta keberlanjutannya.

Untuk kantor di seluruh dunia yang tidak dapat beralih ke operasional tanpa kertas, pencetakan harus dibatasi seminimal mungkin.

Dampak Lingkungan yang Signifikan dari Percetakan

Artikel ini akan membahas beberapa aspek dampak lingkungan dari percetakan, menjelaskan kelemahan dan solusi yang mungkin dilakukan.

  • Produksi Kertas dan Deforestasi
  • Konsumsi Energi dalam Percetakan
  • Polusi dan Penggunaan Air
  • Lokasi dan Transportasi
  • Pembuatan dan Pembuangan Limbah
  • Limbah elektronik dari Peralatan Percetakan
  • Jejak Karbon Percetakan
  • Praktik Percetakan Berkelanjutan

1. Produksi Kertas dan Deforestasi

Ketika berbicara tentang dampak percetakan terhadap lingkungan, salah satu isu utamanya adalah pembuatan kertas. Deforestasi Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan kertas, karena banyak pohon ditebang untuk memberi ruang bagi pabrik kertas.

Selain menyuplai oksigen dan menyerap karbon dioksida, pepohonan juga penting bagi kesehatan lingkungan. Keseimbangan ini terganggu oleh penggundulan hutan, yang juga berkontribusi terhadap hal ini hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.

Sekitar 35% dari seluruh pohon yang ditebang diperkirakan akan dimanfaatkan dalam pembuatan kertas, agar cakupan produksi kertas dapat disesuaikan dengan konteksnya.

Meskipun penggunaan kertas dapat diasumsikan mengalami penurunan di era digital saat ini, penelitian menunjukkan bahwa selama 20 tahun sebelumnya, penggunaan kertas telah meningkat sebesar 126%. Seorang pekerja kantoran pada umumnya menggunakan sepuluh ribu lembar kertas setahun.

Ketegangan besar yang disebabkan oleh tingginya permintaan akan pulp kayu di hutan mengancam akan merusak habitat berbagai spesies tumbuhan dan hewan.

Selain itu, bahan kimia, seperti senyawa klorin, digunakan dalam proses mengubah pulp kayu menjadi kertas, yang dapat berbahaya bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan tepat.

2. Konsumsi Energi dalam Percetakan

Energi besar yang dibutuhkan untuk memproduksi dan menjalankan peralatan pencetakan adalah hal lain masalah lingkungan hidup yang besar berhubungan dengan pencetakan. Listrik dibutuhkan untuk mesin cetak, mesin fotokopi, dan perangkat lainnya, dan sering kali diproduksi oleh sumber daya tak terbarukan seperti batu bara atau gas alam.

Penggunaan energi yang berlebihan memperburuk perubahan iklim dengan menambah emisi gas rumah kaca.

Fakta bahwa 500 juta kartrid tinta dibuang setiap tahunnya merupakan contoh pentingnya penggunaan tinta dan toner secara bertanggung jawab.

Mendaur ulang dan mengisi ulang kartrid tinta bekas tidak hanya mengurangi jumlah kartrid yang berakhir di tempat pembuangan sampah namun juga mengurangi energi dan bahan mentah yang diperlukan untuk membuat kartrid baru.

Dampak lingkungan dari produksi tinta dan toner juga dapat dikurangi dengan menggunakan kartrid yang diproduksi ulang atau penggantinya yang ramah lingkungan. Untuk lebih jelasnya, buka juga Jual Toner.

3. Polusi dan Penggunaan Air

Air juga dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk proses pencetakan hingga menghasilkan kertas dan perawatan peralatan. Polusi dan kelangkaan air dapat diakibatkan oleh ekstraksi dan pengolahan air.

Bahan kimia yang digunakan untuk membuat tinta dan toner menimbulkan ancaman lebih lanjut terhadap habitat perairan karena, jika tidak ditangani dengan benar, dapat mencemari sumber air.

Satu ton kertas membutuhkan antara 10,000 dan 20,000 galon air untuk diproduksi. Khususnya di lokasi yang kekurangan air, penggunaan air dalam jumlah besar ini membebani pasokan air bersih.

Selain itu, air limbah dihasilkan selama pencetakan mengandung berbagai kontaminan yang dapat berbahaya bagi kehidupan akuatik dan kualitas air, seperti pelarut, logam berat, dan warna.

Tinta

Dalam sepuluh tahun terakhir, tinta hanya mendapat sedikit perhatian, sementara sumber kertas mendapat banyak perhatian. Tinta cetak Litho berasal dari minyak nabati atau fosil.

Tentu saja tinta yang terbuat dari bahan bakar fosil berasal dari sumber daya yang tidak terbarukan. Produksinya menghasilkan peningkatan polusi, penggunaannya relatif berbahaya, dan melepaskan zat-zat yang berbahaya berkontribusi terhadap pemanasan global.

Selain itu, memproses sisa energi dari tinta berbahan fosil setelah digunakan akan menghabiskan lebih banyak energi, dan membuangnya dengan benar akan meningkatkan bahaya kontaminasi. Karena memerlukan lebih banyak energi dan sumber daya untuk “menghilangkan tinta” kertas, maka kertas menjadi lebih sulit untuk didaur ulang.

Peralihan ke tinta nabati telah berlangsung selama sepuluh tahun atau lebih, namun Anda biasanya tidak dapat mengetahui jenis bisnis tertentu yang menggunakannya sampai Anda bertanya, kecuali jika sebuah percetakan secara aktif menggembar-gemborkan kredibilitas lingkungannya.

Standar ISO yang sama yang berlaku untuk aspek lainnya manajemen kualitas warna juga berlaku untuk tinta. Menurut saya, tidak ada argumen yang kuat bahwa tinta yang terbuat dari bahan bakar fosil memberikan manfaat kualitas.

Ada masalah dengan tinta yang terbuat dari minyak nabati. Menanyakan kepada printer tentang jenis tinta yang mereka gunakan dan sifat-sifatnya untuk pencetakan serta lingkungan sangatlah penting karena mungkin mengandung pelarut, logam berat, dan bahan berbahaya lainnya. Kami tidak dapat menerima bahwa produk tersebut terbuat dari minyak nabati. Itu bukanlah keseluruhan cerita.

Lem

Penjilidan buku sering kali menggunakan lem berbahan dasar gelatin atau petrokimia. Yang terakhir ini menyusahkan jika sebuah buku diharuskan menjadi “vegan”, karena gelatin adalah produk hewani, terutama bila digunakan dalam penjilidan bersampul keras.

Penggunaan akreditasi printer yang “disetujui Vegan” dan lem polimer yang berasal dari non-fosil oleh perusahaan percetakan semakin meningkat.

Plastik

Plastik terkadang dapat ditemukan di beberapa perlengkapan penjilidan, seperti spidol pita, pita kepala dan ekor, serta benang jahit. Ada pilihan untuk membuat komponen ini seluruhnya dari serat tekstil.

Di masa lalu, plastik biasanya digunakan untuk laminasi dan pembungkus (membungkus salinan individual atau dalam berbagai cara untuk mengamankan buku selama transit). Saat ini, penggantinya meliputi selulosa, tepung jagung, minyak sayur, dan bahan dasar organik lainnya; wadah yang dapat digunakan kembali bahkan lebih baik.

4. Lokasi dan Transportasi

Transportasi sangat merugikan lingkungan. Saat ini, saya yakin kita semua memahami hal ini. Ada banyak hal yang bisa dikatakan tentang manufaktur dalam negeri. Namun tidak semudah menyatakan bahwa dampak lingkungan meningkat seiring dengan bertambahnya jarak.

Anda mungkin memilih opsi yang “lebih ramah lingkungan” jika Anda mencetak sangat dekat dengan pasar, sementara masih ada peluang untuk perbaikan. Membandingkan dampak lingkungan dari beberapa solusi yang letaknya berjauhan bisa jadi lebih sulit.

Biaya karbon pada produk Anda dapat dipengaruhi secara signifikan oleh metode transportasi—udara, air, atau kereta api—yang digunakan untuk membawa sumber daya ke tempatnya dan selanjutnya mengirimkan barang jadi.

Perjalanan internasional terkadang menggabungkan berbagai moda transportasi, termasuk truk dan kereta api atau kapal, sehingga diperlukan analisis terperinci untuk membandingkan pilihan dengan cara yang bermakna.

Ada kemungkinan juga bahwa jejak karbon yang lebih pendek dari opsi yang lebih jauh—menggunakan lebih banyak angkutan kereta api dibandingkan truk—akan mengimbangi jarak yang lebih jauh dalam perbandingan hipotetis antara dua pedagang Eropa yang mengirimkan buku ke Inggris.

Walaupun kelihatannya menakutkan, penghitungan karbon harus didiskusikan dengan pemasok dengan cara yang sama seperti perjalanan pesawat dan transportasi pribadi lainnya.

5. Pembuatan dan Pembuangan Sampah

Sejumlah besar limbah dihasilkan selama pencetakan, seperti bahan kemasan, kartrid, dan sisa kertas. Sampah yang tidak dibuang dengan benar dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan membuat tempat pembuangan sampah menjadi penuh sesak.

Kerusakan kertas dan tinta juga dapat mengeluarkan metana, gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global.

Ingatlah bahwa pada tahun 2020, lebih dari 2 juta ton kertas dan kertas karton dibuang ke tempat pembuangan sampah di Amerika Serikat saja. Hal ini menyia-nyiakan kesempatan untuk mendaur ulang dan mengurangi dampak negatif percetakan terhadap lingkungan.

Selain itu, pembuangan tinta dan toner yang salah dapat mencemari air dan tanah, sehingga membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

6. Limbah elektronik dari Peralatan Percetakan

Cepatnya keusangan peralatan percetakan akibat kemajuan teknologi yang terus menerus menimbulkan sampah elektronik atau e-waste. Zat berbahaya, termasuk timbal, merkuri, dan kadmium, ditemukan dalam limbah elektronik mencemari tanah dan air jika tidak dirawat dengan baik.

E-limbah harus didaur ulang dan dibuang secara bertanggung jawab untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan mendorong keberlanjutan.

Menurut Global E-waste Monitor 2020, jumlah sampah elektronik yang dihasilkan secara global pada tahun 2019 mencapai rekor 53.6 juta metrik ton, dan hanya 17.4% yang didaur ulang.

Karena senyawa berbahaya yang ditemukan dalam limbah elektronik dapat meresap ke lingkungan dan mencemari tanah, air tanah, dan bahkan udara, pengelolaan limbah elektronik yang tidak tepat dapat menimbulkan dampak yang mengerikan.

Mengurangi bahaya lingkungan ini memerlukan penerapan solusi pengelolaan limbah elektronik yang efisien, seperti daur ulang dan pembuangan yang tepat.

7. Jejak Karbon Percetakan

Ini menggambarkan keseluruhan jumlah gas rumah kaca dilepaskan selama ekstraksi, pembuatan, pengangkutan, dan pembuangan bahan mentah dalam proses pencetakan.

Penggunaan material padat karbon dan ketergantungan pada bahan bakar fosil untuk energi berdampak pada jejak karbon pencetakan. Untuk memitigasi perubahan iklim, kegiatan percetakan harus mengurangi emisi karbonnya.

Sekitar 2.5 gram karbon dioksida dilepaskan selama pembuatan selembar kertas, yang membantu menggambarkan jejak karbon dari pencetakan. Ketika miliaran halaman yang dicetak secara global diperbanyak, emisi karbon meningkat dengan cepat.

Total jejak karbon industri percetakan juga dipengaruhi oleh pengangkutan produk cetakan dan pembuangan sampah.

8. Praktek Pencetakan Berkelanjutan

Untungnya, beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi dampak negatif pencetakan terhadap lingkungan. Menerapkan teknik pencetakan berkelanjutan adalah salah satu strategi praktis. Menggunakan kertas yang bersertifikat berkelanjutan atau berasal dari bahan daur ulang adalah salah satu cara untuk melakukan hal ini.

Dengan menurunkan kebutuhan akan pulp segar, kertas daur ulang membantu menyelamatkan pohon dan mengurangi deforestasi. Tindakan konservasi kertas dapat mencakup pencetakan dua sisi dan optimalisasi pengaturan pencetakan.

Memanfaatkan tinta berbahan nabati dibandingkan tinta berbahan dasar minyak bumi merupakan salah satu cara untuk mempraktikkan keberlanjutan dalam pencetakan. Karena berasal dari sumber daya terbarukan, tinta nabati mengeluarkan lebih sedikit senyawa organik yang mudah menguap (VOC), sehingga memperburuk kondisi polusi udara.

Selain itu, meskipun tidak mencukupi, mendaur ulang limbah kertas, membuang kartrid tinta dan toner dengan benar, dan mendorong praktik pencetakan yang bertanggung jawab di kalangan individu dan perusahaan merupakan langkah penting menuju industri percetakan yang lebih berkelanjutan.

Alternatif Digital dan Solusi Tanpa Kertas

Saat ini terdapat metode yang dapat secara signifikan mengurangi dampak buruk pencetakan terhadap lingkungan, berkat meningkatnya penggunaan teknologi digital.

Penggunaan kertas dapat dikurangi dan penggunaan energi dapat diminimalkan dengan mengadopsi alternatif digital seperti e-book, surat kabar online, dan dokumen digital.

Menerapkan solusi tanpa kertas di rumah tangga, tempat kerja, dan lembaga pendidikan dapat secara signifikan mengurangi limbah kertas dan dampak negatifnya terhadap lingkungan.

Pikirkan keuntungan dari alternatif digital: membaca e-book dibandingkan buku cetak mengurangi emisi CO2 tahunan sekitar 25 pon dan menghilangkan kebutuhan akan produksi, pengiriman, dan pembuangan kertas.

Selain itu, permintaan pencetakan dan penyimpanan dokumen fisik dapat dikurangi dengan memanfaatkan penyimpanan cloud dan kemampuan kolaborasi digital. Dengan mengadopsi solusi tanpa kertas dan beralih ke alternatif digital, masyarakat dan organisasi dapat secara drastis meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

Penggunaan Tinta dan Toner yang Bertanggung Jawab

Jenis kartrid tinta dan toner yang digunakan juga berdampak pada dampak pencetakan terhadap lingkungan. Minimalkan dampak Anda terhadap lingkungan dengan menggunakan tinta dan toner ramah lingkungan yang terbuat dari bahan tidak beracun dan terbarukan. Menggunakan kembali dan mendaur ulang kartrid tinta dapat membantu menghemat sumber daya dan mengurangi produksi limbah.

Fakta bahwa 500 juta kartrid tinta dibuang setiap tahunnya merupakan contoh pentingnya penggunaan tinta dan toner secara bertanggung jawab.

Menggunakan kembali dan mendaur ulang kartrid tinta dapat membantu mengurangi jumlah kartrid yang dibuang ke tempat pembuangan sampah serta energi dan bahan mentah yang diperlukan untuk memproduksi kartrid baru.

Dampak lingkungan dari produksi tinta dan toner juga dapat dikurangi dengan menggunakan kartrid yang diproduksi ulang atau penggantinya yang ramah lingkungan.

Kesimpulan

Memahami dan mengatasi dampak negatif percetakan terhadap lingkungan sangatlah penting. Teknik pencetakan mempunyai dampak yang signifikan terhadap lingkungan, mulai dari timbulan limbah dan konsumsi air hingga penggundulan hutan dan konsumsi listrik.

Kita dapat mengurangi dampak percetakan terhadap lingkungan dengan menerapkan teknik pencetakan berkelanjutan, menerapkan alternatif digital, mengelola limbah secara bertanggung jawab, dan mengambil keputusan yang bijaksana.

Untuk memprioritaskan praktik berkelanjutan di sektor percetakan, individu, perusahaan, dan pemerintah harus bekerja sama.

Selain itu, penting untuk mengedukasi masyarakat dan organisasi mengenai dampak pencetakan terhadap lingkungan.

Strategi yang lebih berkelanjutan dapat mencakup pengajaran kepada pengguna tentang teknik pencetakan yang bertanggung jawab, seperti hanya mencetak apa yang diperlukan, memanfaatkan pratinjau cetak untuk mencegah pencetakan yang tidak perlu, dan mendorong berbagi digital dan pengarsipan dokumen.

Mengurangi dampak lingkungan dari percetakan juga dapat dicapai sebagian besar melalui peraturan dan perundang-undangan pemerintah.

Menetapkan pedoman lingkungan untuk sektor percetakan, menawarkan insentif untuk operasi berkelanjutan, dan menegakkan undang-undang daur ulang dan pengelolaan sampah semuanya dapat memotivasi perusahaan untuk menggunakan teknik pencetakan yang lebih ramah lingkungan.

Rekomendasi

editor at LingkunganPergi! | providenceamaechi0@gmail.com | + posting

Seorang pencinta lingkungan yang didorong oleh hasrat. Penulis konten utama di EnvironmentGo.
Saya berusaha untuk mendidik masyarakat tentang lingkungan dan masalah-masalahnya.
Itu selalu tentang alam, kita seharusnya melindungi bukan menghancurkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.