10 Dampak Lingkungan dari Biomassa

Sebanyak biomassa merupakan bahan bakar sulfur rendah terbarukan yang menarik, potensi dampak lingkungan dari biomassa dirasakan karena pemanfaatan sumber energinya.

Biomassa mengacu pada massa keseluruhan ekosistem. Yang meliputi: biomassa seperti biomassa tanaman, biomassa heterotrofik (organisme yang memakan organisme lain), biomassa spesies (biomassa untuk suatu spesies individu dalam suatu komunitas), biomassa terestrial, biomassa laut, dan bahkan biomassa global.

Biomassa dapat dikuantifikasi sebagai jumlah total massa dalam suatu ekosistem atau sebagai jumlah rata-rata massa di area tertentu.

Persaingan lahan subur yang dibutuhkan untuk produksi pangan dan serat merupakan isu utama terkait produksi biomassa. gangguan tanah, perubahan iklim, perusakan habitat dan hilangnya spesies, penipisan nutrisi, dan gangguan kualitas air juga merupakan dampak lingkungan potensial dari produksi bahan baku biomassa dan pemanfaatan residu pertanian dan hutan untuk energi.

Tingkat keparahan dampak ini sangat bergantung pada lokasi dan harus dinilai secara regional.

Proses biokimia dan termokimia untuk mengubah bahan biomassa menjadi bahan bakar menghasilkan polutan udara (seperti karbon monoksida, partikel, hidrogen sulfida, dll.), limbah padat, dan air limbah yang dapat berdampak buruk terhadap lingkungan.

Namun, dampak lingkungan dari produksi dan konversi biomassa dapat dikurangi dengan penerapan praktik konservasi dan perencanaan yang matang, menggunakan teknologi pengendalian lingkungan yang tepat, dan memanfaatkan setiap produk sampingan yang dihasilkan.

Apa itu Biomassa?

Biomassa adalah bahan organik terbarukan yang terbuat dari organisme hidup seperti tumbuhan dan hewan. Biomassa juga dapat didefinisikan sebagai energi terbarukan dan berkelanjutan sumber energi yang digunakan untuk menghasilkan listrik atau bentuk tenaga lainnya. Ini adalah bentuk bio-energi.  

Bahan biomassa yang paling umum digunakan untuk energi adalah tumbuhan, kayu, dan limbah. Ini disebut bahan baku biomassa. Hingga pertengahan 1800-an, biomassa merupakan sumber terbesar dari total konsumsi energi tahunan di Amerika Serikat.

Biomassa terus menjadi bahan bakar penting di banyak negara, terutama untuk memasak dan memanaskan di negara berkembang. Biomassa mengandung energi kimia yang tersimpan dari matahari. Tumbuhan menghasilkan biomassa melalui fotosintesis.

Biomassa dapat dibakar untuk menghasilkan panas (langsung), diubah menjadi listrik (langsung), atau diolah menjadi biofuel (tidak langsung).

Namun, sumber energi yang menarik ini tidak berdampak pada lingkungan, hal ini mendorong kami untuk melakukan penelitian untuk mencerahkan Anda tentang beberapa dampak buruk yang ditimbulkan oleh biomassa terhadap lingkungan.

Bahan Bakar Biomassa Masa Depan

10 Dampak Lingkungan dari Biomassa

1. Iklim Change

Perubahan iklim adalah masalah lingkungan global utama yang telah ditemukan disebabkan oleh ekstraksi kayu yang tidak berkelanjutan dari hutan dan pembakaran bahan bakar fosil, dan fenomena ini telah mengarah pada realisasi kebutuhan untuk mengeksplorasi pilihan energi alternatif yang ramah lingkungan dan efisien.

Pembakaran kayu bakar dan bahan bakar biomassa lainnya menyebabkan CO2 emisi (gas rumah kaca), karena hampir 50% kayu adalah karbon. Gas rumah kaca ini merupakan penyumbang utama pemanasan global, yang pada gilirannya menimbulkan variasi iklim.

Namun, jika kayu bakar berasal dari cara ekstraksi yang berkelanjutan, pembakarannya akan menghasilkan emisi karbon nol bersih. Namun, sulit untuk menghitung persentase kayu bakar yang digunakan dari sumber yang tidak berkelanjutan.

Pada tingkat global, sekitar 2.8% emisi CO2 dikaitkan dengan pembakaran kayu bakar. Selanjutnya, selain emisi CO2, pembakaran kayu bakar dan residu agro menyebabkan emisi produk pembakaran tidak sempurna.

Produk-produk ini bahkan merupakan GRK yang lebih kuat per gram karbon yang dipancarkan daripada CO2. Perkiraan potensi pemanasan global dari GRK non-CO2, seperti CO, CH4, dan hidrokarbon nonmetana, dapat berkisar antara 20–110 persen dari CO2 itu sendiri, tergantung pada waktu yang terlibat.

2. Deforestasi

Konsumsi kayu bakar global diperkirakan sekitar 1.3 x 109 m3 dan diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Sumber utama kayu bakar adalah hutan, pohon desa, dan sisa hutan. Kayu bakar sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga di negara-negara berkembang. Dalam industri (seperti industri baja), digunakan sebagai sumber panas.

Banyak perusahaan energi menggunakan kayu hutan sebagai bahan bakar sehingga membabat habis pohon-pohon dewasa tanpa pandang bulu yang mengarah pada penggundulan hutan, hilangnya habitat, perusakan keindahan alam, dll.

Pandangan berbeda telah dikemukakan tentang kontribusi ekstraksi kayu bakar terhadap deforestasi. Studi telah menyimpulkan bahwa ekstraksi kayu bakar berkontribusi pada berbagai tingkat hilangnya pohon (di desa dan hutan), degradasi hutan, dan akhirnya deforestasi.

Ketidakseimbangan antara permintaan dan produksi kayu bakar dilaporkan menjadi salah satu faktor utama yang bertanggung jawab atas penipisan hutan. Meningkatnya penggunaan kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri baik di pedesaan maupun di perkotaan telah memberikan kontribusi terhadap penurunan hutan.

Tumpukan batang pohon dari hutan.

3. Kehilangan Unsur Hara Tanah

Sisa-sisa pertanian merupakan sumber energi penting di daerah pedesaan di negara-negara berkembang ketika dibiarkan di ladang meningkatkan kesuburan tanah. Dan penggunaan sisa-sisa pertanian untuk energi akan menjadi masalah jika mengurangi kesuburan tanah.

Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua residu memiliki efek yang sama pada tanah. Beberapa residu seperti tongkol jagung, sekam padi, batang goni, kapuk, dan tempurung kelapa tidak mudah terurai dan berpotensi sebagai sumber energi. Pilihan residu pertanian dengan demikian berdampak pada lingkungan.

Demikian pula kotoran ternak, meskipun merupakan pupuk, akan kehilangan nilainya sebagai pupuk jika dibakar atau dibiarkan di bawah sinar matahari selama beberapa hari.

Saat ini, sisa tanaman dari sereal sebagian besar digunakan sebagai pakan ternak, dan residu lignin (berkayu) digunakan sebagai bahan bakar. Pembakaran sisa tanaman berkayu mungkin tidak menyebabkan hilangnya nutrisi yang signifikan di dalam tanah.

Pembakaran kotoran ternak sebagai bahan bakar menyebabkan hilangnya bahan organik dan unsur hara lain yang mempengaruhi produksi tanaman. Dengan demikian dampak lingkungan dari hilangnya nilai gizi akibat pembakaran sisa tanaman dan kotoran adalah marjinal.

4. Efek pada Hukesehatan pria

Gangguan kesehatan dapat timbul akibat paparan asap akibat pembakaran kayu bakar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), asap dari biofuel berkualitas rendah seperti sisa pertanian dan kotoran hewan dapat menyebabkan bronkitis akut dan pneumonia pada bayi dan wanita.

Asap dari penggunaan bahan bakar biomassa di dapur pedesaan, kebakaran kayu, dan polusi terkait merupakan fenomena umum di sebagian besar negara berkembang. Memasak di dapur yang dipenuhi asap tidak nyaman dan menyebabkan pekerjaan membosankan di kalangan wanita.

5. Polusi Udara

Di luar kontribusi emisi Gas Rumah Kaca, yang menyebabkan pemanasan global dan, pada akhirnya, perubahan iklim, pembakaran biomassa dalam bentuk padat, cair, atau gas juga dapat memancarkan polutan lain dan partikel ke udara, seperti karbon monoksida, mudah menguap. senyawa organik, dan nitrogen oksida, membuat udara tidak layak digunakan oleh organisme hidup. Fenomena ini dikenal sebagai polusi udara.

Dalam beberapa kasus, biomassa yang dibakar dapat menghasilkan lebih banyak polusi daripada bahan bakar fosil. Tidak seperti emisi karbon dioksida, banyak dari polutan ini tidak dapat diserap oleh tanaman baru.

Senyawa ini dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan pernapasan lingkungan dan manusia jika tidak terkandung dengan benar.

6. Penurunan Sumber Daya Air

Tumbuhan memerlukan air untuk tumbuh. Ketika perusahaan energi menanam pohon dan tanaman lain untuk tanaman bioenergi, mereka menggunakan banyak air untuk irigasi.

Dalam skala besar, hal ini meningkatkan kondisi kekeringan, berdampak pada habitat akuatik dan jumlah pasokan air yang tersedia untuk keperluan lain (penggunaan rumah tangga, tanaman pangan, air minum, tenaga air, dll.).

7. Erosi Tanah

Longsoran terjadi ketika partikel tanah terlepas dari permukaan tanah oleh hujan atau diangkut oleh angin atau air yang mengalir.

Tumbuhan hidup atau sisa tanaman melindungi permukaan tanah dari erosi, tetapi ketika permukaan tanah tidak ditutupi oleh bahan tanaman, air akan mengeluarkan partikel tanah dari agregat, menyebabkan erosi tanah. Memanen tanaman untuk energi biomassa meningkatkan tingkat erosi di tanah.

8. Desertifikasi

Desertifikasi karena pembukaan hutan dan hutan untuk pertanian dan peternakan. Industri energi biomassa mengubah pohon menjadi pelet kayu dan kemudian membakarnya untuk menghasilkan listrik dalam skala utilitas.

Perusahaan biomassa salah menggunakan proses ini sebagai energi bersih, tetapi membakar pohon untuk pembangkit listrik dapat mengeluarkan lebih banyak polusi karbon daripada membakar batu bara dan industri yang menyebabkan kerusakan jangka panjang pada hutan dan satwa liar

9. Kehilangan habitat

Permintaan bioenergi dapat memperburuk hilangnya habitat bagi spesies yang kehilangan habitat karena urbanisasi. Hutan, yang berfungsi sebagai habitat bagi organisme hidup, dapat hilang menjadi biomassa. Dan hilangnya habitat berarti hilangnya keanekaragaman hayati.

10. Hilangnya keanekaragaman hayati

Pemanenan biomassa digalakkan untuk memberi nilai pada kayu yang bernilai rendah karena tidak seberharga kayu gergajian. Namun, pohon-pohon ini paling berharga bagi keanekaragaman hayati.

Menghapus pohon-pohon seperti itu secara signifikan mengurangi habitat hewan yang tinggal di rongga seperti tupai dan burung hantu.

Menyingkirkan kayu yang mati dan membusuk juga menghilangkan bahan dari dasar rantai makanan yang mendukung komunitas jamur dan invertebrata yang kompleks. Dengan peningkatan biomassa adalah penurunan jumlah spesies dan kekayaan fungsional.

Kesimpulan

Biomassa adalah bahan yang kompleks, alami, dan terbarukan dengan variabilitas kimia yang sangat besar. Potensinya untuk produksi energi bervariasi tergantung pada proses yang digunakan, yang mungkin melibatkan teknologi dasar atau sangat canggih.

Oleh karena itu, saat kita memilih penggunaan biomassa sebagai sumber biofuel atau bioenergi, jangan lupa bahwa lingkungan adalah faktor pertama yang harus dipertimbangkan.

Rekomendasi

Konsultan Lingkungan at Lingkungan Pergi! | + posting

Ahamefula Ascension adalah Konsultan Real Estat, Analis Data, dan Penulis Konten. Beliau adalah pendiri Hope Ablaze Foundation dan Lulusan Manajemen Lingkungan di salah satu perguruan tinggi bergengsi di tanah air. Dia terobsesi dengan Membaca, Penelitian dan Menulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.